SERAT CIPTO WASKITHO
PUPUH III
M I J I L
--
01 --
Kawedhara
iku bilaheni, memurung lelakon, angrerusak sabarang panggawe, lir
reksasa
krura angajrihi, sabarang kaeksi, temah tan rinengu.
Artinya
:
Bila
dibicarakan itu berbahaya, membatalkan suatu rencana, merusak semua
perbuatan,
bagaikan Raksasa kejam menakutkan, semua yang dikehendaki,
tidak
akan diragukan lagi.
--
02 --
Poma
kekeren dipun aremit, dunungna kang manggon, ywa sulaya priyen
kawedhare,
ujubena sariranireki, wayang aneng kelir, gyanira lumaku.
Artinya
:
Maka
haruslah dijaga dengan ketat, tempatkanlah pada tempat yang
sebenarnya,
jangan sampai simpang siur penjabarannya, ketahuilah akan dirimu,
wyang
yang tergelar di layar, bagaimana caranya berjalan.
--
03 --
Lamun
ana asikireng galih, kaki den was paos, obah osik ana kang agawe, iku
sira
ulatana kaki, dununge kang osik, dene bisa kapangguh.
Artinya
:
Bila
timbul hasrat hati, haruslah berhati-hati, segala perbuatan ada yang
membuat,
hal itu haruslah kau perhatikan, kedudukannya yang disebut
kehendak,
usahakan sampai berhasil.
--
04 --
Pralambange
osikireng batin, yektine tanpa doh, lah badhenen tetulisan kiye,
ingkang
aran sah iku kang endi, ingkang ireng mangsi, kertas ingkang pingul.
Artinya
:
Gambaran
suatu kehendak, sebenarnya tidak jauh, sekarang tebaklah tulisan ini,
yang
bernama sah itu yang mana, yang hitam tinta, yang berbingkai itu kertas.
--
05 --
Dene
iya ingkang mengkoni, jro tulis kang katon, ulatana sapucuking epen, kang
durung
wruh wruhana lamun mangsi, kang uningeng gaib, gumawang andulu.
Artinya
:
Adapun
yang menjadi bingkainya, di dalam tulis yang tampak, perhatikan pada
ujung
pena, yang belum tahu berilah pengertian bahwa itulah tinta, yang telah
mengetahui
gaib, jelas sekali kelihatan.
--
06 --
Nanging
tanpa gatra tanpa warni, tan kenging ginepok, mung satengu binubut
gedhere,
suprandene bisa angebaki, warata sabumi, iya tanpa dunung.
Artinya
:
Tetapi
tak berbentuk tak berwarna, tak dapat terpegang tangan, besarnya hanya
sebesar
kuman dibubut, walaupun begitu dapat memenuhi, merata di dunia, juga
tidak
bertempat.
--
07 --
Sayektine
barang kang kaeksi, kono nggone manggon, ngalih enggon tan ana
enggone,
sakedhepan ngalih ping sakethi, tegese mung siji, apan iya iku.
Artinya
:
Sebenarnya
apapun yang diinginkannya, disitulah tempat tinggalnya, berpindah
tempat
tak ada lagi tempatnya, dalam sekejap berpindah seribu kali, artinya
hanyalah
satu, yalah hanya itu.
--
08 --
Lan
sing prapta kang siratingali, tan kakung tan wadon, aranana wanita yektine,
baya
wanita endah ing warni, yen sira arani, lanang yekti kakung.
Artinya
:
Yang
datang adalah yang kau lihat, bukan priya maupun wanita, katakanlah
sebenarnya
adalah wanita, bila wanita sangatlah cantik, bila kau duga, priya
pastilah
dia lelaki.
--
09 --
Luwih
guna lawan luwih sekti, kamantyan was paos, samubarang terang
paninggale,
nora kena kumleset wus uning, nadyan jroning batin, Hyang Sukma
wus
weruh.
Artinya
:
Lebih
berguna dan lebih sakti, sesuatu petunjuk untuk menghargainya, semua
barang
terang terlihat, tidak akan luput karena semua sudah tahu, walaupun di
dalam
batin, Hyang Sukma sudah melihat.
--
10 --
Tanpa
cidra dennya wruh ing batin, tan netya yen anon, tanpa karmaning
pamiyarsane,
tanpa grana mambu ganda sidik, lawan bisa angling, iya tanpa
tutuk.
Artinya
:
Tanpa
cipta untuk mengetahui batin orang, bukanlah mata kalau tidak dapat
melihat,
mendengar tanpa telinga, mencium bau harum tetapi tanpa hidung, dapt
bercumbu,
juga tanpa mulut.
--
11 --
Kang
den anggo wus aneng sireki, sira tan rumaos, pangrasamu darbekira
dhewe,
nora weruh kang sira ulati, siyang lawan ratri, jumeneng ngriku.
Artinya
:
Yang
dipergunakan sudah ada pada dirimu, kau tidak merasa, perasaanmu
milikmu
sendiri, tidak melihat yang kau lihat, siang maupun malam, berada disitu.
--
12 --
Yen
tan lawan karsaning Hyang Widhi, obah osiking wong, kaya priye nggone
matrapake,
yekti kaya reca neng Wadari, pralambanging urip. Lir angganing
prau.
Artinya
:
Bila
tidak atas kehendak Hyang Widhi, gerak gerikny manusia, bagaimana
caranya,
pastilah seperti arca di Wedari, gambarannya hidup, bagaikan
perwujudan
perahu.
--
13 --
Ingkang
aneng tengahing jaladri, lalakone kono, prau iku sapa nglakokake, yekti
saking
karsaning Hyang Widhi, nadyan sikemudhi, pan manut ing banyu.
Artinya
:
Yang
berada di tengah laut, perjalanannya itu, perahu tersebut siapa yang
menjalankan,
tentu dari kehendak Hyang Wdhi, walaupun si juru mudi, takkan
menurut
pada kehendak air.
--
14 --
Pasthi
kaya mangkono wong urip. Yen sira maido, nyatakena iya prau kuwe,
entasana
saking jroning warih, yekti nora mosik, mung kari nggalundhang.
Artinya
:
Tentulah
semacam itu orang hidup, bila kau tidak percaya, buktikanlah dalam
perahu
itu, angkatlah dari dalam air, pastikanlah tak akan bergerak, tinggallah
tergeletak.
--
15 --
Lamun
sira anggeguru kaki, mawanga ponang wong, kang wus ana sairib liribe,
piwulange
kang ngampat mring Gaib, solah muna-muni, panengeran agung.
Artinya
:
Bila
kau berguru, perhatikanlah orang itu, yang sudah jelas keadaannya,
ajarannya
yang menyangkut tentang ilmu gaib, perbuatan dan tutur katanya,
pertanda
keagungan.
--
16 --
Mapan
akeh ngelmune Hyang Widhi, tan kena den uwor, warna-warna
manungsa
kawruhe, upamane Sang Nata tinangkil, duk prapta ing kori,
angungak
andulu.
Artinya
:
Memang
banyak ilmunya Hyang Widhi, tak dapat diukur, bermacam-macam
pengetahuan
manusia, diumpamakan Sang Raja sedang bersidang, ketika tiba di
pintu,
disaksikan diduga.
--
17 --
Mantri
ingkang jaga aneng kori, tinarka Sang Katong, ajrih mulat sanget
sumungkeme,
weneh ana mulat mring Bupati, tinarka Sang Aji, sembahe
sumrikut.
Artinya
:
Mantri
yang menjaga di pintu, diduganya Sang Raja, karena takut
memperhatikan
bertatap mata lalu menunduk, ada pula yang lain menyaksikan
Sang
Bupati, diduganya Sang Raja, menyembahnyapun dengan takjim.
--
18 --
Wenenh
ana mulat Ki Patih, ing ngayap ponang wong, ginarebeg sagung
punggawane,
panyanane Sang Sri Narapati, kang mangkana kaki, medem
marang
kawruh.
Artinya
:
Yang
lainnya ada pula yang menyaksikan Ki Patih, terlihat sekilas orang
tersebut,
giringkan segenap anak buahnya, diduga adalah Sang Narpati, hal
demikian
itu, mabuk ilmu.
--
19 --
Kang
ngulati marang Sri Bupati, wong jroning Kadhaton, dadak metu ngulati
Ratune,
nora weruh yen Sri Narapati, tunggal jroning puri, dheweke wus wanuh.
Artinya
:
Yang
menyaksikan kepada Sang Bupati, orang yang berada di dalam keraton,
mereka
keluar untuk menyaksikan Rajanya, tidak mengetahui di dalam puri itu
juga,
merakapun telah mengenalnya.
--
20 --
Pamangkana
yen wong ngulah ngelmi, keh salah padudon, dudu padon dadakan
dinaleh,
nora weruh kang sira ulati, siyang lawan ratri, wus aneng sireku.
Artinya
:
Apakah
begitu kalau orang mempelajari ilmu, banyak kesalahan dan bertengkar,
bukannya
pertengkaran penyebab untuk mendapatkan sesuatu, tidak
mengetahui
yang dilihatnya, siang maupun malam, sudah berada pada dirimu.
--
21 --
Satuhu
kawruh kang sayekti, tan tinggal Hyang Manon, datan ana tilase uwangi,
anglimputi
ing reh kang dumadi, tan kena pinilih, ika iki iku.
Artinya
:
Sebenarnya
pengetahuan yang sejati, tidak akan meniadakan Hyang Manon,
tidak
berbekas dan tidak meninggalkan wanginya, meliputi dalam pelajaran
kehidupan,
tidak dapat dipilih, sana, sini, situ.
--
22 --
Sabab
lamun sira milih kaki, nora bisa dados, bali marang asalira dhewe, tilitinen
den
bisa kapanggih, poma sira kaki, ywa mutung ing kalbu.
Artinya
:
Karena
seandainya kau memilih, tak akan dapat jadi, kembali ke asalnya, telitilah
dengan
seksama agar dapat bertemu, camkanlah itu, janganlah berputus asa.
--
23 --
Lan
dununge kang kawan prakawis, takokna kang manggon, aja kongsi kaliru
surupe,
keh arane kang kawan prakawis, karana yen sisip pamurunging laku.
Artinya
:
Adapun
makna dan kedudukan yang empat perkara, tanyakanlah kepada yang
berada
padanya, jangan sampai salah pegertian, banyak sebutannya untuk yang
empat
perkara itu, karena kalau salah, menggagalkan upaya.
--
24 --
Ingkang
abang upamane geni, murub angengobong, yen tan bisa kaki panyirepe,
jagad
iki sayekti kabesmi, Malekat Ngijroil, nunggil karsanipun.
Artinya
:
Merah
yang melambangkan api, menyala dan dapat membakar apa saja, bila
tidak
dapat memadamkannya, dunia ini akan terbakar habis, Malaikat Ijroil,
berada
padanya.
--
25 --
Ingkang
sidik iya aji kuning, kasengsem mring wadon, mamilikan ing kana
margane,
ambebawur ing cipta kang becik, Malekat Mikail, nunggil karsanipun.
Artinya
:
Yang
menyengsamkan hati adalah Aji Kuning, terbuai kepada keindahan dan
wanita,
mengutamakan keinginan itulah jalannya, bercampur aduk pada cipta
hati
yang mulia, Malaikat Mikail, menyatu dalam kehendak.
--
26 --
Oleh
: Mas Kumitir
Dene
iya ati ingkang langking, santosa kinaot, mung ngrerusak sabarang
panggawe,
datan arsa panggawe kang becik, Malekat Jabrail, kang nunggal
jumunung.
Artinya
:
Adalah
warna hitam, mempunyai sifat perkasa, namun sifatnya merusak, tidak
mau
berbuat yang baik, Malaikat Jibril, yang menyatu dalam sifat itu.
--
27 --
Dene
iya ati ingkang putih, sayektine kinaot, ati jinem terang saciptane,
kalestaren
panggawe kang becik, Malekat Isropil, kang nunggal jumurung.
Artinya
:
Adapun
sifat yang berwarna putih, benar-benar berbeda keadaannya, sifat damai
dan
terang segala perbuatannya, selalu melakukan perbuatan yang baik,
Malaikat
Isrofil, yang menyatu dalam kehendak.
--
28 –-
Poma
sagung anak putu mami, den samya rumaos, rubedeng tyas kawruh ana
kabeh,
datan liyan mung catur prakawis, poma den nastiti, ywana salah surup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar