Minggu, 11 Januari 2015

SERAT CIPTO WASKITHO



SERAT CIPTO WASKITHO
PUPUH III
M I J I L
-- 01 --
Kawedhara iku bilaheni, memurung lelakon, angrerusak sabarang panggawe, lir
reksasa krura angajrihi, sabarang kaeksi, temah tan rinengu.
Artinya :
Bila dibicarakan itu berbahaya, membatalkan suatu rencana, merusak semua
perbuatan, bagaikan Raksasa kejam menakutkan, semua yang dikehendaki,
tidak akan diragukan lagi.
-- 02 --
Poma kekeren dipun aremit, dunungna kang manggon, ywa sulaya priyen
kawedhare, ujubena sariranireki, wayang aneng kelir, gyanira lumaku.
Artinya :
Maka haruslah dijaga dengan ketat, tempatkanlah pada tempat yang
sebenarnya, jangan sampai simpang siur penjabarannya, ketahuilah akan dirimu,
wyang yang tergelar di layar, bagaimana caranya berjalan.
-- 03 --
Lamun ana asikireng galih, kaki den was paos, obah osik ana kang agawe, iku
sira ulatana kaki, dununge kang osik, dene bisa kapangguh.
Artinya :
Bila timbul hasrat hati, haruslah berhati-hati, segala perbuatan ada yang
membuat, hal itu haruslah kau perhatikan, kedudukannya yang disebut
kehendak, usahakan sampai berhasil.
-- 04 --
Pralambange osikireng batin, yektine tanpa doh, lah badhenen tetulisan kiye,
ingkang aran sah iku kang endi, ingkang ireng mangsi, kertas ingkang pingul.

Artinya :
Gambaran suatu kehendak, sebenarnya tidak jauh, sekarang tebaklah tulisan ini,
yang bernama sah itu yang mana, yang hitam tinta, yang berbingkai itu kertas.
-- 05 --
Dene iya ingkang mengkoni, jro tulis kang katon, ulatana sapucuking epen, kang
durung wruh wruhana lamun mangsi, kang uningeng gaib, gumawang andulu.
Artinya :
Adapun yang menjadi bingkainya, di dalam tulis yang tampak, perhatikan pada
ujung pena, yang belum tahu berilah pengertian bahwa itulah tinta, yang telah
mengetahui gaib, jelas sekali kelihatan.
-- 06 --
Nanging tanpa gatra tanpa warni, tan kenging ginepok, mung satengu binubut
gedhere, suprandene bisa angebaki, warata sabumi, iya tanpa dunung.
Artinya :
Tetapi tak berbentuk tak berwarna, tak dapat terpegang tangan, besarnya hanya
sebesar kuman dibubut, walaupun begitu dapat memenuhi, merata di dunia, juga
tidak bertempat.
-- 07 --
Sayektine barang kang kaeksi, kono nggone manggon, ngalih enggon tan ana
enggone, sakedhepan ngalih ping sakethi, tegese mung siji, apan iya iku.
Artinya :
Sebenarnya apapun yang diinginkannya, disitulah tempat tinggalnya, berpindah
tempat tak ada lagi tempatnya, dalam sekejap berpindah seribu kali, artinya
hanyalah satu, yalah hanya itu.
-- 08 --
Lan sing prapta kang siratingali, tan kakung tan wadon, aranana wanita yektine,
baya wanita endah ing warni, yen sira arani, lanang yekti kakung.
Artinya :
Yang datang adalah yang kau lihat, bukan priya maupun wanita, katakanlah
sebenarnya adalah wanita, bila wanita sangatlah cantik, bila kau duga, priya
pastilah dia lelaki.
-- 09 --
Luwih guna lawan luwih sekti, kamantyan was paos, samubarang terang
paninggale, nora kena kumleset wus uning, nadyan jroning batin, Hyang Sukma
wus weruh.
Artinya :
Lebih berguna dan lebih sakti, sesuatu petunjuk untuk menghargainya, semua
barang terang terlihat, tidak akan luput karena semua sudah tahu, walaupun di
dalam batin, Hyang Sukma sudah melihat.

-- 10 --
Tanpa cidra dennya wruh ing batin, tan netya yen anon, tanpa karmaning
pamiyarsane, tanpa grana mambu ganda sidik, lawan bisa angling, iya tanpa
tutuk.
Artinya :
Tanpa cipta untuk mengetahui batin orang, bukanlah mata kalau tidak dapat
melihat, mendengar tanpa telinga, mencium bau harum tetapi tanpa hidung, dapt
bercumbu, juga tanpa mulut.
-- 11 --
Kang den anggo wus aneng sireki, sira tan rumaos, pangrasamu darbekira
dhewe, nora weruh kang sira ulati, siyang lawan ratri, jumeneng ngriku.
Artinya :
Yang dipergunakan sudah ada pada dirimu, kau tidak merasa, perasaanmu
milikmu sendiri, tidak melihat yang kau lihat, siang maupun malam, berada disitu.
-- 12 --
Yen tan lawan karsaning Hyang Widhi, obah osiking wong, kaya priye nggone
matrapake, yekti kaya reca neng Wadari, pralambanging urip. Lir angganing
prau.
Artinya :
Bila tidak atas kehendak Hyang Widhi, gerak gerikny manusia, bagaimana
caranya, pastilah seperti arca di Wedari, gambarannya hidup, bagaikan
perwujudan perahu.
-- 13 --
Ingkang aneng tengahing jaladri, lalakone kono, prau iku sapa nglakokake, yekti
saking karsaning Hyang Widhi, nadyan sikemudhi, pan manut ing banyu.
Artinya :
Yang berada di tengah laut, perjalanannya itu, perahu tersebut siapa yang
menjalankan, tentu dari kehendak Hyang Wdhi, walaupun si juru mudi, takkan
menurut pada kehendak air.
-- 14 --
Pasthi kaya mangkono wong urip. Yen sira maido, nyatakena iya prau kuwe,
entasana saking jroning warih, yekti nora mosik, mung kari nggalundhang.
Artinya :
Tentulah semacam itu orang hidup, bila kau tidak percaya, buktikanlah dalam
perahu itu, angkatlah dari dalam air, pastikanlah tak akan bergerak, tinggallah
tergeletak.
-- 15 --
Lamun sira anggeguru kaki, mawanga ponang wong, kang wus ana sairib liribe,
piwulange kang ngampat mring Gaib, solah muna-muni, panengeran agung.

Artinya :
Bila kau berguru, perhatikanlah orang itu, yang sudah jelas keadaannya,
ajarannya yang menyangkut tentang ilmu gaib, perbuatan dan tutur katanya,
pertanda keagungan.
-- 16 --
Mapan akeh ngelmune Hyang Widhi, tan kena den uwor, warna-warna
manungsa kawruhe, upamane Sang Nata tinangkil, duk prapta ing kori,
angungak andulu.
Artinya :
Memang banyak ilmunya Hyang Widhi, tak dapat diukur, bermacam-macam
pengetahuan manusia, diumpamakan Sang Raja sedang bersidang, ketika tiba di
pintu, disaksikan diduga.
-- 17 --
Mantri ingkang jaga aneng kori, tinarka Sang Katong, ajrih mulat sanget
sumungkeme, weneh ana mulat mring Bupati, tinarka Sang Aji, sembahe
sumrikut.
Artinya :
Mantri yang menjaga di pintu, diduganya Sang Raja, karena takut
memperhatikan bertatap mata lalu menunduk, ada pula yang lain menyaksikan
Sang Bupati, diduganya Sang Raja, menyembahnyapun dengan takjim.
-- 18 --
Wenenh ana mulat Ki Patih, ing ngayap ponang wong, ginarebeg sagung
punggawane, panyanane Sang Sri Narapati, kang mangkana kaki, medem
marang kawruh.
Artinya :
Yang lainnya ada pula yang menyaksikan Ki Patih, terlihat sekilas orang
tersebut, giringkan segenap anak buahnya, diduga adalah Sang Narpati, hal
demikian itu, mabuk ilmu.
-- 19 --
Kang ngulati marang Sri Bupati, wong jroning Kadhaton, dadak metu ngulati
Ratune, nora weruh yen Sri Narapati, tunggal jroning puri, dheweke wus wanuh.
Artinya :
Yang menyaksikan kepada Sang Bupati, orang yang berada di dalam keraton,
mereka keluar untuk menyaksikan Rajanya, tidak mengetahui di dalam puri itu
juga, merakapun telah mengenalnya.
-- 20 --
Pamangkana yen wong ngulah ngelmi, keh salah padudon, dudu padon dadakan
dinaleh, nora weruh kang sira ulati, siyang lawan ratri, wus aneng sireku.
Artinya :

Apakah begitu kalau orang mempelajari ilmu, banyak kesalahan dan bertengkar,
bukannya pertengkaran penyebab untuk mendapatkan sesuatu, tidak
mengetahui yang dilihatnya, siang maupun malam, sudah berada pada dirimu.
-- 21 --
Satuhu kawruh kang sayekti, tan tinggal Hyang Manon, datan ana tilase uwangi,
anglimputi ing reh kang dumadi, tan kena pinilih, ika iki iku.
Artinya :
Sebenarnya pengetahuan yang sejati, tidak akan meniadakan Hyang Manon,
tidak berbekas dan tidak meninggalkan wanginya, meliputi dalam pelajaran
kehidupan, tidak dapat dipilih, sana, sini, situ.
-- 22 --
Sabab lamun sira milih kaki, nora bisa dados, bali marang asalira dhewe, tilitinen
den bisa kapanggih, poma sira kaki, ywa mutung ing kalbu.
Artinya :
Karena seandainya kau memilih, tak akan dapat jadi, kembali ke asalnya, telitilah
dengan seksama agar dapat bertemu, camkanlah itu, janganlah berputus asa.
-- 23 --
Lan dununge kang kawan prakawis, takokna kang manggon, aja kongsi kaliru
surupe, keh arane kang kawan prakawis, karana yen sisip pamurunging laku.
Artinya :
Adapun makna dan kedudukan yang empat perkara, tanyakanlah kepada yang
berada padanya, jangan sampai salah pegertian, banyak sebutannya untuk yang
empat perkara itu, karena kalau salah, menggagalkan upaya.
-- 24 --
Ingkang abang upamane geni, murub angengobong, yen tan bisa kaki panyirepe,
jagad iki sayekti kabesmi, Malekat Ngijroil, nunggil karsanipun.
Artinya :
Merah yang melambangkan api, menyala dan dapat membakar apa saja, bila
tidak dapat memadamkannya, dunia ini akan terbakar habis, Malaikat Ijroil,
berada padanya.
-- 25 --
Ingkang sidik iya aji kuning, kasengsem mring wadon, mamilikan ing kana
margane, ambebawur ing cipta kang becik, Malekat Mikail, nunggil karsanipun.
Artinya :
Yang menyengsamkan hati adalah Aji Kuning, terbuai kepada keindahan dan
wanita, mengutamakan keinginan itulah jalannya, bercampur aduk pada cipta
hati yang mulia, Malaikat Mikail, menyatu dalam kehendak.
-- 26 --
Oleh : Mas Kumitir
Dene iya ati ingkang langking, santosa kinaot, mung ngrerusak sabarang
panggawe, datan arsa panggawe kang becik, Malekat Jabrail, kang nunggal
jumunung.
Artinya :
Adalah warna hitam, mempunyai sifat perkasa, namun sifatnya merusak, tidak
mau berbuat yang baik, Malaikat Jibril, yang menyatu dalam sifat itu.
-- 27 --
Dene iya ati ingkang putih, sayektine kinaot, ati jinem terang saciptane,
kalestaren panggawe kang becik, Malekat Isropil, kang nunggal jumurung.
Artinya :
Adapun sifat yang berwarna putih, benar-benar berbeda keadaannya, sifat damai
dan terang segala perbuatannya, selalu melakukan perbuatan yang baik,
Malaikat Isrofil, yang menyatu dalam kehendak.
-- 28 –-
Poma sagung anak putu mami, den samya rumaos, rubedeng tyas kawruh ana
kabeh, datan liyan mung catur prakawis, poma den nastiti, ywana salah surup.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar